Kami menyayangimu, Nak!

10:59:00 AM


Langit hampir berganti pakaian saat kami memasuki area pemakaman. Jantung saya berdegup sangat kencang, sepanjang perjalanan menuju makan, batin saya terus membisikan mantra-mantra agar saya menguatkan diri. Ini untuk pertama kalinya saya mendatangi makam anak kami setelah 43 hari sejak meninggalnya. 

Dalam perjalanan ini, satu per satu kenang-kenangan selama hamil menggema-gema, bagaimana bahagianya kami saat pertama kali melihat dua garis merah samar, suami saya sempat bertanya, ini artinya apa? bahagia membuat kami hampir tidak mempercayai dua garis merah itu. Ingin rasanya langsung lari mencari dokter, tapi hari masih terlalu pagi, rembulan belumlah sempunrna hilang. Dua garis merah itu menyembuhkan penantian kami.

2015 masih sangat ranum ketika saya untuk pertama kalinya melakukan pemeriksaan kehamilan. Saya tidak bisa melukiskan perasaan yang saya rasakan saat dokter memperdengarkan detak jantung anak kami untuk pertama kali, sepanjang perjalanan pulang saya tersenyum bahagia.

Pekan demi pekan pun berlalu, hari-hari yang kami lewati tidak lagi sama. Kami menantimu, Nak!


***

Kami berjalan melewati tanah pemakaman yang basah. Saya menyembunyikan air mata  yang mulai meniti sambil sesekali melirik suami yang berjalan menunjukan di mana makam anak kami.

”Ini makam Ruwaifi, sayang...”

Kata suami saya sambil memegang nisan yang basah oleh gerimis. Melihat makam itu, hati saya mendadak sesak, duhai hati, kuatlah! Saya mengusap air mata yang mulai jatuh satu-satu.

“Sayang... Ini umi datang menjenguk kamu” ucapnya pelan sambil mengusap tanah makam yang basah.
Saya membiarkan air mata saja yang mewakili apa yang saya rasakan.

*** 
Ingatan saya kembali terbang pada angan-angan laki-laki berhati lembut yang ada di hadapan saya. Pada rencananya untuk mengajak anak kami ke masjid, memakaikannya kopiah, mengajarinya mengaji, membelikannya rupa-rupa mainan, pada keinginannya untuk menyematkan kata ‘Tauhid’ pada nama anak kami, pada doa-doa yang ia  bisikan.

Kami menanti hari-hari persalinan dengan begitu banyak cita dan angan. Ia menjadi suami siaga, ia memakaikanku kaos kaki, memotong kuku, mengambilkan makanan, memijat, merapikan rumah, menyiapkan minum di samping tempat tidur, mencuci kaki saya, ia menenangkanku dengan segala kebaikannya.

Semakin mendekati hari persalinan perasaan kami semakin sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Perasaan bahagia yang tak terlukiskan itu hadir pada segala persiapan untuk menyambut calon bayi kami. Jendela kamar dan palpon kamar di bersihkan sebersih-bersihnya, kolong tempat tidur di pelnya dengan suka cita. Pakaian calon bayi kami dicuci dan disetrikanya dengan rapi. Saya bolak-balik melipat baju-baju dan kain-kain mungil yang saya beli dari hasil tabungan kami, saya menata semua kelengkapan calon bayi kami di dalam rak, setelah rapi saya bolak-balik akan membuka rak, setelah puas melihat-lihat, saya membongkarnya lagi, kemudian menciuminya satu-satu. Kegiatan ini berulang saya lakukan pada masa-masa penantian penantian.

*** 

“Sayang... Pulang yuk...”

Ia membuyarkan lamunan saya.

Menjelang maghrib kami meninggalkan area pemakaman dengan mata yang sama-sama sembab, kekuatan yang saya tabung-tabung selama empat puluh hari ini jatuh, saya menangis sepanjang jalan. Dari kaca spion motor saya melihat matanya juga basah. 
 
“Sayang... Sabar ya...” 

Nasehat ini terus ia ulang-ulang. Saya tahu ia menguatkan diri untuk saya, sangat berat kehilangan seorang anak, Rasulullah shallallallahu alaihi wa sallam pun menitikan air mata saat ibrahim kecil meninggal, Nabi Yaqub sampai putih matanya karena sedih di tinggal yusuf, maka ia, saya tahu ia mengalami kesedihan yang sama, tapi ia menguatkan diri untuk saya.

Meninggalnya anak kami membawa kami pada banyak hal, pada kesepakatan kami untuk tidak mengeluhkan takdir Allah. Dari awal kami tahu bahwa anak adalah titipan. Tapi... 

Duhai hati kuatlah!

Ya Allah beri kami ganti yang lebih baik dari musibah ini, Sampaikan pada Ruwaifi Tauhid bahwa kami menyayanginya, kumpulkan kami kembali di syurga-Mu... Aamiin... :’) :’)

13 November 2015

You Might Also Like

0 comments

I'm Proud Member Of