Semakin sering saya mengingat bapak, maka
keinginan saya untuk menulis semakin kuat. Saya ingin sesegera mungkin menulis
apa yang masih teringat, lalu menyimpannya baik-baik di dalam hati. Saya
tidak tahu harus menamakan apa perasaan ini, hanya memejamkan mata sebentar,
maka kenangan bersama bapak akan tertuang begitu saja. Dalam daftar do'a yang
sering saya ulang-ulang, saya selalu meminta pada Pemilik Semesta ini agar
perasaan saya pada bapak tetap begini, tak berkurang seiring waktu, tetap mengingat bapak
dalam do'a dan keinginan untuk menjadi amalan yang tidak terputus untuk bapak
tidak pernah putus-putus selamanya.
Semakin mengerahkan ingatan untuk mengingat
bapak, maka perasaan saya semakin sendu, bagaimana tidak, saya mendapati betapa
berat tanggung jawab seorang bapak pada keluarganya, pengorbannanya tak
main-main, bahkan pada sebagian hidupnya, banyak keinginannya yang ia belakangi
demi anak-anaknya. Semakin jauh saya mengenang bapak, maka saya semakin
menyadari bahwa cintaku yang mendalam untuk bapak tidaklah seberapa,
kesungguhan cinta bapak melampaui jauh rasa cintaku.
300913-Malam ini, saya kembali membuka berkas-berkas
pengobatan bapak selama di dharmais, sebelumnya saya harus mengumpulkan banyak
keberanian untuk membuka tas warna biru tempat seluruh data-data pengobatan
bapak. Jika selama ini, apilah yang membuat saya trauma, maka sekarang, harus
saya mengakui bahwa Rumah sakit Dharmais itu berhasil dengan sukses membuat
saya takut. Saya tidak tahu apakah ini bisa dibilang trauma, yang saya tahu, saya
hanya ingin melupakan semua apa yang terjadi di sana tapi otak saya menolak
setengah mati, saya ingin melupakan Rumah sakit itu tapi disana ada banyak
momen-momen yang selamanya tidak ingin saya lupakan. Maka, sudah saya
putuskan, untuk membiarkan kenangan ini hidup dalam hati saya, asal bapak
juga ada di sana.
Jika mengulang kembali cerita proses pengobatan
bapak, rasa syukur hadir begitu saja, betapa Allah mengatur segalanya dengan
baik untuk bapak. Alhamdulillah.
160213- Sepulang umrah, saya dan bapak langsung
mendatangi Rumah sakit. Kekuatiran saya pada penyakit bapak semakin
menjadi-jadi karena bapak sempat pendarahan hebat dalam perjalanan dari tanah
suci. Saya berharap itu hanyalah mimisan biasa, tapi harapan ini ditolak oleh hati saya sendiri. Awal kali mengetahui bahwa kemungkina
bapak tekena kanker, saya terdiam lama sekali di sudut Rumah sakit, suasana
menjadi sunyi seketika, rasa-rasanya di lorong rumah sakit itu hanya ada saya
dan bapak. Saya sangat takut pada apa yang akan bapak hadapi di depan sana.
Dokter mengatakan bahwa bapak harus menjalani beberapa kali kemotherapi dan
tiga puluh kali penyinaran. Hari itu saya memegang tangan bapak erat-erat, saya
bingung apa yang harus saya katakan pada bapak. Kanker terdengar sangat
mengerikan.
180213-Setelah beberapa kali melakukan pemeriksaan darah dan CT
scan tahap selanjutnya dari pengobatan bapak adalah biopsy untuk memastikan sel
kanker yang ada dalam tubuh bapak. Sampai pada tahap ini, harapan saya bahwa
itu bukanlah kanker masih ada, semua menjadi terang saat hasil biopsii keluar,
bapak di vonis terkena kanker nasofaring. Untuk pengobatan selanjutnya, bapak
di rujuk ke Rumah sakit Dharmais. Hari itu Saya dan bapak meninggalkan rumah
sakit awal bross sambil berpegangan tangan, saya memegang tangan bapak dengan
sangat erat, bapak tetaplah semangat, insyaallah bapak pasti sembuh. Sebelum
meninggalkan rumah sakit, bapak berjalan mendekati air mancur yang ada di dekat
gerbang RS. Kata bapak, air mancurnya canggih. Saya tersenyum, laki-laki ini
sungguh sederhana. Bapak, saya mencintaimu sepanjang waktu. I love you
full..full
280213- Hari ini adalah jadwal pemeriksaan
pertama bapak di rumah sakit dharmais. Saya deg-degan tingkat dewa awal kali
menginjakan kaki di rumah sakit ini. Pemandangan di lobi Rumah sakit juga
terkesan sangat horror, orang-orang yang saya jumpai di sana, sakitnya sudah
kelas berat tapi semangat hidupnya membuat saya malu. Mereka sudah sakit begitu
tapi masih saja berharap dengan sangat sungguh-sungguh untuk bisa sembuh. Saya sempat
melihat beberapa pasien kanker nasofaring, hampir seluruhnya sudah mengalami
pembengkakan kalenjer diarea leher, alhamdulillah, bapak belum sampai di titik
itu.
Kali ini ada kak ira yang menemani, setelah
proses adminastrasi selesai, kami langsung menuju poli THT, pemeriksaan pada
hidung bapak lebih detail lagi, semakin terang lagi, apa yang diderita bapak. setelah pemeriksaan selesai, kami diminta
untuk melakukan beberapa tes lain untuk menentukan stadium kanker.
010313- Pemeriksaan demi pemeriksaan bapak lewati,
semua bagian-bagian tubuh bapak diperiksa, jantung, ginjal, hati, tulang, gigi,
dan darah, tak ada yang terluput. Bapak terlihat sangat bersemangat, saya tahu
harapan beliau untuk bisa sembuh sangatlah besar, harapan saya tak kalah besar,
melihat bapak hanya bernapas pakai mulut rasanya pastilah menyiksa, belum lagi,
cairan tidak juga berhenti keluar dari hidung bapak sungguh membuat bapak kerepotan.
Tahap selanjutnya dari pengobatan bapak adalah ke dokter penyakit dalam yang juga ahli kemotherapi, hari ini adalah penentuan
sudah sejauh apa kanker yang bapak derita. Setelah data-data bapak diperiksa,
akhirnya keluarlah hasil bahwa kanker bapak sudah melangkah stadium tiga, bapak
tidak bisa menerima tindakan kemotherapi karena ginjal bapak bermasalah.
Mendengar penjelasan dokter saya kembali takut, bagaiman harus menjelaskan semua ini pada bapak, beliau belum
tahu apa yang di alaminya.
150313- Hari ini, saya dan bapak ada di bagian
pemeriksaan jantung, setelah mengantri cukup lama, akhirnya tibalah giliran
bapak. Saya dan bapak menunggu dengan harap-harap cemas, dalam proses penantian
jawaban, tiba-tiba saja bapak memintaa ke toilet, karena sedang menunggu hasil,
saya hanya menunjukan lokasi toilet pada bapak, kemudian saya kembali menunggu
hasil pemeriksaan. Perasaan saya mulai tidak enak saat bapak tidak juga
kembali, saya bingung antara menunggu hasil atau mencari bapak. Ya Allah…ada
apa dengan bapak. Saya berlari mencari bapak ditoilet dan saya mendapati bapak
kebingungan menyalakan keran air sedang darah mengalir deras dari mulut beliau,
bapak bolak-balik kebingungan dalam toilet, melihat ini air mata saya menetes,
saya menunggu sampai di toilet itu hanya ada bapak kemudian saya menghampiri
bapak dengan mata yang sudah basah. Saya membersihkan darah yang tumpah dari
mulut bapak ‘bapak bagian mana yang sakit pak’ Bapak hanya menggeleng, kata
beliau tidak ada yang sakit. Saya keluar dari toilet itu dengan mata yang sudah
basah kuyup, saya menggenggam tangan bapak erat-erat, bapak sabar ya, sakit ini insyaallah dapat menggurkan dosa, bapak menerima janji ini.
200313- Jadwal penyinaran untuk bapak telah
ditentukan. Insyaallah, tanggal 1 April.
250313- Hari ini bapak di rujuk ke Rumah sakit
siloam Jakarta ditemani kak Ira, dalam perjalanan, bapak bertemu banyak orang
dengan sakit serupa, bapak tampak lebih bersemangat kata kak Ira. Saya senang
mendengar hal ini.
Pekan-pekan mananti proses penyinaran begitu mendebarkan sekaligus
membahagiakan, sebentar lagi bapak akan sembuh, insyaallah. Namun, mendekati
hari penyinaran, bapak semakin sering cegukan, kondisi bapak juga menjadi tidak
baik, bapak seperti kehilangan semangat setelah ada pernyataan bahwa penyinaran
saja tidak akan maksimal tanpa kemotherapi. Saya terus berusaha meyakinkan
bapak.
300313- Bapak memutuskan untuk kembali ke kampung,
mendengar keputusan ini, saya menangis memohon pada bapak untuk terus
melanjutkan pengobatan, namun bapak tidak juga berubah pikiran. Kakak saya coba
meyakinkan saya, bahwa keputusan bapak untuk pulang sudah tepat, di kampung
bapak bisa mencoba pengobatan herbal, saya benar-benar tidak bisa menerima
keputusan ini, lalu perjuangan yang kemarin-kemarin itu apa maksudnya?
010413- Bapak kembali ke kampung, saya menatap
wajah bapak dengan haru. Ya Allah yakinkan saya bahwa ini adalah keputusan
terbaik untuk bapak.
050613-150613- Saya menyusul bapak ke kampung,
bapak semakin kurus saja. Hari-hari kepulangan saya kali ini menjadi sangat
manis walau dengan kondisi yang tidak baik. Saya dan bapak sering melewatkan
malam sampai lewat tengah malam saat bapak cegukan, saya diam-diam terharu saat
bapak meminta saya untuk memijat punggung dan kakinya. Jika pagi datang, bapak
akan bertanya dzikir apa yang bagus dibaca, kemudian kami sama-sama akan
menunggu matahari meninggi lalu berjemur, saat sore menjelang, bapak akan
mengulangi pertanyaan yang sama tentang dzikir yang harus dibaca, setelahnya,
bapak kadang akan minta dibonceng keliling-keliling kampung. Dalam kondisi
sakit begini, bapak masih saja perhatian, pernah suatu sore saya ingin memanjat
jambu, tahu-tahu bapak sudah ada disamping saya dengan tangga. Kata beliau,
dengan tangga lebih mudah mengambil jambu.
Cuti selesai, saya harus kembali ke Ibu kota,
di hari kepulangan saya ini, bapak sudah bersiap ingin mengantar saya ke
bandara tapi tidak jadi karena takut kelelahan, cepat sembuh bapak, saya pergi
hanya sebentar saja
310713- Saya pulang kampung lagi, kali ini dalam
rangka libur lebaran. Ibu mengatakan bahwa bapak selalu menanyakan kapan saya
akan pulang, sesampai di Rumah, saya langsung mencium tangan bapak, bapak
seperti biasa selalu menyambut kedatanganku. Benar saja, pertemuan kami menjadi
semacam obat. Bapak terlihat lebih bersemangat.
Dibandingakan kondisi bapak di pertemuan kami sebulan lalu, kondisi bapak yang sekarang ini semakin tidak baik, bapak jadi
lebih ringkih, untuk berjalan pun bapak harus dipapah, tapi bapak masih
mengenali saya dengan baik, kami juga masih bisa mengobrol banyak hal.
080713- Hari ini, bapak lain dari biasanya, biasanya bapak kalau kesakitan
akan memilih berbaring, kali ini bapak mecoba berjalan tidak tentu arah dan
dengan mudah sekali terjatuh, saya coba menenangkan diri dengan berwudhu untuk sholat
dzuhur, namun kondisi bapak tidak juga membaik, bapak berbaring di ruang tengah
dengan terus-terus mengucapkan sesuatu yang tidak kami pahami. Saya sangat ketakutan, saya mendekati kepala bapak, dan mengajak bapak untuk berdzikir tapi
bapak menolak, saya mengajak bapak untuk sholat tapi bapak juga menolak. Ya
Allah, tetapkanlah keimanan bapak. Tak lama kemudian, bapak teringat untuk sholat, sholat ini kemudian menjadi
obat untuk beliau, tinggal tunjukan sajadah saat bapak kesakitan maka secara otomatis
bapak akan duduk dengan tenang.
120813-Tiket sudah ditangan, setelah meyakinkan bapak untuk berobat, akhinya
bapak setuju untuk ke Makassar tanggal 14 nanti. Hari ini saya berangkat lebih
awal ke Makassar. Karena tiket pesawat lansung dari kampung sedang habis. maka saya ke makassar dengan menggunakan kapal cepat ke bau-bau, kemudian dari
bau-bau saya lanjut ke kendari menggunakan kapal cepat lain, dan kendari saya
akan naik pesawat ke Makassar.
130813-Saya mendatangi Rumah sakit wahidin, awal bross dan Siloam yang ada
di Makassar, sebelum bapak sampai tanggal 14 nanti, Rumah sakit dan tempat
tinggal harus sudah ditentukan. Ba’da dzuhur handphone saya bergetar, telpon
dari bapak. Nada suara beliau seperti dikuat-kuatkan, bapak mengatakan bahwa
beliau tidak jadi ke Makkasar, mendengar pernyataan ini, air mata saya tumpah-tumpah di parkiran Rumah sakit siloam Makassar, saya merasa
dikhianati nasib, saya merasa apa yang saya lakukan sia-sia saja tapi saya juga
tidak bisa memaksa bapak. Ya Allah..
Dan, Subhanallah, anggapan saya bahwa semua sia-sia dijawab dengan kontan oleh Allah, hari itu juga, pikiran saya terbuka
selebar-lebarnya saat mendengar cerita seorang senior yang bekerja di bidang
kesehatan. Kata beliau untuk umur 70 tahun ke atas menurut dunia medis, angka
peluang hidupnya berada di bawah nilai 50%, hal ini tidak membelakangi
ketetapan Allah, hanya saja itu bisa kita jadikan pertimbangan, keputusan bapak
untuk tidak kemotherapi dan penyinaran bagi beliau sudah sangat tepat. Mendengar penjelasan ini, saya menunduk lama
sekali. Betapa Allah telah mengatur segalanya dengan baik oleh Allah. Saya pelan-pelan menerima keputusan bapak.
100913- Sebulan lebih tiga hari dari hari itu bapak menghembuskan nafas terakhir,
dalam kesedihan yang mendalam, di sisi lain, saya juga sangat bersyukur, karena bapak tidak harus
melewati rangkaian kemotherapi dan penyinaran. Saya bersyukur bahwa bapak tidak
melewati rasa sakit saat kalenjer di sekitar leher yang sudah membengkak, saya
sangat bersyukur karena sebelum keputusan kanker itu terang, Allah masih
berkenan memperjalankan bapak ke Tanah suci. Saya amat bersyukur karena bapak dimudahkan untuk meningat Allah hingga ruh terlepas dari jasad bapak.
Pada akhirnya, saya menyesali segala ketidaksabaran dalam menanti hikmah dari proses pengobatan yang bapak lewati, mengembalikan segala urusan pada Allah adalah pilihan terbaik bagi seorang hamba dalam menjalani kehidupan. "Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)
Ya Allah bimbinglah hatiku ini agar selalu ridho pada setiap ketetapan-Mu, Berikanlah
tempat terbaik untuk bapak hamba, maafkan kesalahan-kesalahan beliau,
muliakanlah beliau, jadikanlah kubur beliau taman-taman syurga yang
menenangkan. Aamiin.
Sedikit kisah tentang Abu Hurairah, beliau radhiyallahu anhum adalah salah seorang shahabat Rasulullah yang sangat menyayangi ibunya, suatu hari ia mendatangi Rasulullah dengan tangis berderai, setelah berada dihadapan Rasulullah, ia pun bercerita “wahai Rasulullah, sungguh aku berusaha untuk mendakwahi ibuku agar masuk
Islam namun dia masih saja menolak ajakanku. Hari ini kembali beliau aku
dakwahi namun dia malah mencaci dirimu. Oleh karena itu berdoalah
kepada Allah agar Dia memberikan hidayah kepada ibu-nya Abu Hurairah.”
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam lantas berdoa, “Ya Allah,
berilah hidayah kepada ibu dari Abu Hurairah.”
Dan masyaallah, do'a dari Rasulullah itu bersambut, ibunda Abu hurairah pun bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya.”
Pertama kali membaca kisah ini, yang ada dalam pikiran saya adalah saya pada orang tua saya. Apa yang telah saya usahskan untuk menjaga diri dan orang tua saya dari api neraka? saya mendapati bahkan saya sendiri pun tidak yakin bisa menjaga diri dari neraka yang menakutkan itu. Cerita-cerita dakwah yang lalu bergelora seolah menyadari bahwa rasa-rasanya dakwah yang terlampau bersemangat ini tidak pernah lebih mendalam pada orang tua dan entah mengapa dakwah pada orang tua keseringan cepat putus asa, sekali tolakan saja sudah membuat malas sedang untuk orang lain saya bahkan rela berdara-darah, padahal manisnya dakwah dari seorang anak lebih berhak dinikmati oleh orang tua dibanding siapapun. :'(
Hal ini, saya pikirkan hingga larut malam tiga bulan yang lalu, pemikiran ini diperdalam oleh pernyataan bapak yang belum mengerti baik keutamaan La ilaa ha illallah serta apa konsekuensi dari kalimat agung itu. Saya sangat menyesal karena tidak pernah sungguh-sungguh menyampaikan kebenaran yang sudah saya ketahui pada orang tua saya. Maka, bagaimana mungkin saya ini bisa berharap syurga yang jauh di sana itu, sedang yang syurga yang dekat saja sudah terluput. Maka bagaimana mungkin saya ingin mengajak orang lain pada kebenaran, sedang orang tua sendiri terlupakan. Maka, sudah sedalam apa do'a, selarut apa harap yang telah saya upayakan untuk kedua orang tua yang telah berpayah untuk saya, anaknya? Ya Allah...
11 Juni 2013
“Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3
hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak sholeh yang
mendoakannya.” (HR. Muslim)
“Orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka,
dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (QS. At-Thur: 21).
Setelah orang tua meninggal, ada banyak cara bagi si anak untuk tetap
bisa berbakti kepada orang tuanya. Mereka tetap bisa memberikan
kebaikan bagi orang tuanya yang telah meninggal, berupa aliran pahala. Dengan syarat, selama mereka memiliki ikatan iman.
Lebih dari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada salah seorang sahabat untuk melakukan beberapa amal, agar mereka tetap bisa berbakti kepada orang tuanya.
Dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, ‘Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya,
‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada
orang tuaku setelah mereka meninggal?’ Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka,
memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan rekan mereka,
dan menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan
mereka.” (HR. Ahmad)
Makna ‘menshalatkan mereka’ memiliki dua kemungkinan,
- Menshalatkan jenazah mereka
- Mendoakan mereka dengan doa rahmat.
Demikian keterangan as-Sindi yang dikutip Syuaib al-Arnauth dalam Tahqiq beliau untuk Musnad Imam Ahmad.
"Ya Allah, berilah rahmat kepada mereka (kedua orang tuaku), sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” (QS. Al-Isra: 24)
Aamin..
Sumber Berbakti pada orang tua
140913-Barangkali
salah satu alasan mengapa Rasulullah terus saja menyebut-nyebut
kebaikan Khadijah adalah karena cinta, betapa Rasulullah menyimpan
segala pengorbanan khadijah di dalam hati beliau dengan sangat rapi
hingga beliau terus saja mengingatnya, ingatan mengekalkan cinta bahkan
setelah kematian itu memisahkan.
Cinta
itu kemudian Rasulullah pertegas dengan pengakuan beliau bahwa Allah
tidaklah menganugrahkan kepadaku seorang istri sebagai pengganti yang
lebih baik daripada khadijah. Dia beriman kepadaku ketika semua orang
mengingkari kenabianku. Dia membenarkan ketika semua orang
mendustakanku. Dia mengorbankan hartanya ketika semua orang berupaya
mempertahankannya.
Cinta, saya semakin paham
mengapa hubungan suami istri itu menjadi begitu agung hingga agama pun
ikut mempersaksikan, setelah pernikahan hal-hal yang tadinya diharamkan
menjadi halal. Dalam pernikahan selalu ada cinta yang siap memberi,
menadah segala asa, menampung semua kelu, dan setia. Maka, benarlah Kesetiaan itu ada dititik terendah
kehidupan. Dikatakan setia jika bisa membersamai terus-terus, dalam suka dan duka, dalam sepi maupun riuh,
dalam keadaan sehat maupun sakit.
Beberapa bulan yang lalu, senior
saya pernah mengirimkan cerita tentang kesedihan dari istri mush’ab bin umair
saat mendengar kabar bahwa suaminya telah syahid. Bukan karena tak menerima
takdir hingga ia menitikan air mata, bukan itu, hanya saja. Kemudian rasulullah menuturkan bahwa
"sesungguhnya seorang suami mempunyai kedudukan tersendiri di hati
istrinya."
Perasaan sedu-sedu ini telah saya saksikan dengan mata saya sendiri, bagaimana ibu saya bisa lebih kuat
dari siapapun dalam merawat bapak saya yang sakit, tidak juga kami
anak-anaknya. Ibu bisa tidak tidur bermalam-malam menemani bapak yang
tidak bisa tidur dan mengeluh kesakitan, bahkan ibu tak juga memilih untuk
tidur saat kami anak-anaknya berniat menggantikan beliau.
Pernah suatu waktu ibu bercerita kalau beliau itu selalu
kuatir jika jauh dari bapak yang sakit, beliau kuatir jika bapak meninggal
sedang beliau tak ada disamping bapak. Saya terharu mendengar ini. Bapak pernah bilang begini ke ibu “Apa nanti yang akan kamu
lakukan jika saya meninggal, saya sudah menghabiskan uang untuk berobat, saya
juga sudah sangat merepotkan”
Ibu hanya bilang “Kita ini suami istri, dan sudah kewajiban
saya membersamaimu terus-menerus, tentang uang itu, tidak usah dipikirkan, saya
akan bekerja lebih giat lagi”
Jujur, saya terharu mendengar ucapan ibu ke bapak, saat
menulis ini juga saya masih saja terharu. Pantas saja seorang istri yang baik
itu di janjikan syurga, karena selain repot mengurus anak-anaknya, ia juga
setia berpayah membersamai suaminya.
060913-Beberapa hari sebelum meninggal, bapak bilang ke ibu bahwa 'mungkin tidak lama lagi saya akan meninggal, setelah ini kamu akan sendiri' saat ibu menceritakan ini, saya tidak menangis tapi kerongkongan saya seperti tersumbat.
100913-Alhamdulillah, harapan ibu untuk membersamai bapak hingga akhir diperkenankan oleh Allah, bapak meninggal dipangkuan Ibu, sebelum meninggal bapak masih sempat menatap ibu dengan tatapan sayu, di situ, ibu begitu tegar melihat ruh bapak pelan-pelan dicabut, Ibu yang sedari awal selalu menampilkan ketabahan masih saja tampil tabah dengan air mata tertahan.
Seorang suami memiliki kedudukan tersendiri di hati istrinya, saya tahu saat ini kesedihan menguasai hati ibu, tapi masyaallah beliau lebih tabah dari siapapun saat ketetapan Allah berlaku pada bapak. Ya Rabb ku, persatukan lagi kedua orang tuaku di syurga-Mu.
060913-Beberapa hari sebelum meninggal, bapak bilang ke ibu bahwa 'mungkin tidak lama lagi saya akan meninggal, setelah ini kamu akan sendiri' saat ibu menceritakan ini, saya tidak menangis tapi kerongkongan saya seperti tersumbat.
100913-Alhamdulillah, harapan ibu untuk membersamai bapak hingga akhir diperkenankan oleh Allah, bapak meninggal dipangkuan Ibu, sebelum meninggal bapak masih sempat menatap ibu dengan tatapan sayu, di situ, ibu begitu tegar melihat ruh bapak pelan-pelan dicabut, Ibu yang sedari awal selalu menampilkan ketabahan masih saja tampil tabah dengan air mata tertahan.
Seorang suami memiliki kedudukan tersendiri di hati istrinya, saya tahu saat ini kesedihan menguasai hati ibu, tapi masyaallah beliau lebih tabah dari siapapun saat ketetapan Allah berlaku pada bapak. Ya Rabb ku, persatukan lagi kedua orang tuaku di syurga-Mu.
110913- Saya selalu terpesona pada upaya-upaya sederhana dalam pembuktian cinta, juga do'a yang diam-diam dibisikkan pada penghuni langit karena cinta yang bergemuruh di dada. Ada momen dimana saya sangat terharu melihat kakak laki-laki saya membuktikan baktinya setelah beberapa bulan terakhir ini ia begitu setia menemani dan mengingatkan bapak untuk berdzikir, ia selalu mengatakan bahwa bukan sakit itu yang ia takutkan dari bapak, ia sangat ketakutan kalau-kalau bapak meninggal dalam keadaan tidak sadar dan tidak mengingat Allah.
Kesetiaannya tidak hanya sampai disitu, ia juga selalu berupaya menjaga agar bapak selalu dalam keadaan suci (berwudhu), sebelum bapak meninggalpun, ia masih sempat mengganti pakaian bapak dan memwudhukan bapak pelan-pelan. Setelah bapak meninggal, kesetiaanya tak juga berubah, setiap pagi dan sore, ia datang menyapu area kuburan bapak :'(
Bulan dua lalu, ia mengumrahkan ibu dan bapak, sebelum berangkat ke tanah suci, ia menelponku dengan tangis berderai, ia mengatakan pada saya untuk menjaga ibu dan bapak dengan baik di sana. Tangis yang berderai itu kemudian ia jelaskan pelan saat kami melewatkan sore di samping kuburan bapak, ia menuturkan bawah salah satu penyesalan terbesarnya adalah tidak menemani bapak saat berumrah, di hari keberangkatan kami ke tanah suci, ia menangis seharian memikirkan siapa yang akan mendorong bapak di kursi roda, mengapa ia tidak ikut juga padahal uang untuk kesana tersedia dengan lapang" mendengar ini, saya menangis, ia kakak laki-laki berhati lembut yang selalu menguatkan diri dihadapan kami adik-adiknya.
110813- Sore ini, setelah meyakinkan bapak untuk kembali memeriksakan kesehatan, kakak saya tiba-tiba saja mendekati bapak yang terbaring lemah dan pelan-pelan mengeluarkan uang dari tas yang dibawanya "Pak hari rabu nanti kita ke Makassar lagi memeriksakan kondisi bapak, ini uang buat bekal bapak"
Bapak saya terdiam, saya melihat mata bapak berkaca-kaca, tangan bapak gemetar menerima uang itu. Saya yang menjadi penonton tak luput dari haru, entah apa yang dirasakan bapak, bisa jadi air mata yang meniti dari mata sayunya adalah haru yang tidak tertahan atas pengertian dari kakak bahwa bapak membutuhkan bantuan. Bapak dengan kepribadiannya yang mandiri, paling anti meminta pada anak-anaknya, bahkan dalam kondisi sakit sedemikian sakitpun, bapak masih juga tak ingin merepotkan kami anak-anaknya.
Setelah dewasa ini, saya barulah memahami bahwa orang tua memang tak ingin merepotkan anak-anaknya, namun ada harapan dalam hati yang tak pernah mereka ceritakan, harapan itu semakin menguat setelah mereka berusia lanjut. Pada masa-masa ini, orang tua sangat perlu dibantu dan dijaga, perkataan baik pada mereka memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding sekedar menafkahi. Barangkali hal ini menjadis salah satu sebab mengapa perkataan 'ah' dilarang keras dalam agama, larangan perkataan 'ah' lebih pada perintah untuk bertutur kata dengan baik baik pada orang tua. Bakti pada usia senja ini, kemudian diperkuat oleh sabda Nabi bahwa 'merugilah mereka yang mendapati orang tuanya dalam keadaan senja namun tidak dapat masuk syurga dengan itu.' Hadits ini menjadi semacam penekanan bahwa bakti seorang anak sangat dibutukan oleh orang tua saat mereka memasuki usia senja.
100913- Saya tidak ingin menyembunyikan perasaan ini, bahwa saat saya menulis catatan ini, hati saya bergetar hebat dan hampir saja saya mengurungkan niatku, namun saya kembali terkenang pada bapak, pada masa muda yang telah ia kisahkan, pada kesabaran dan ketabahannya. Entah berapa banyak ia telah menggunakan usianya untuk kami anak-anaknya, entah sudah berapa peluh dan bulir air mata darinya untuk kami anak-anaknya. Saya terkenang lagi, pada siang dan malam yang bapak lewati untuk menjaga kami, pada madu kehidupan yang bapak dapatkan namun tanpa mencicipinya, langsung saja diberikan kepadaku, anaknya.
Sekali lagi, dalam kehidupan ini ada perasaan-perasaan yang sulit untuk digambarkan, sampai detik saya membuat catatan ini, saya masih belum bisa menjelaskan dengan baik kedalaman perasaan kedua orang tua pada anak-anaknya, perasaan seorang bapak pada anaknya. Kemudian saya mendapati pada kisah terdahulu, kuatnya keterikatan hati seorang bapak dan anaknya, perasaan macam apakah yang dialami Nabi Yaqub itu saat kehilangan Yusuf hingga kedua matanya memutih karena sedih dan daya penghlihatannya pun memudar. Padahal ia adalah Nabi yang pengenalannya pada Allah tidak diragukan lagi, namun ternyata kecintaan kepada Allah selamanya tidak akan menutup ruang dihati untuk anak-anaknya. Atau sedalam apakah perasaan Nabi kita Muhammad ketika putranya Ibrahim meninggal dunia hingga air mata beliau bercucuran. Maka semakin pahamlah saya mengapa seorang bapak rela berpayah untuk anak-anaknya, dihatinya ada cinta yang tidak dapat ditakar-takar.
Siang ini, saya semakin mengarifi, betapa kehidupan ini amat singkat dan sebaik-baik bekal itu adalah takwa, waktu yang berlalu pada akhirnya akan menghabisi kita, dan semakin jelaslah, tidak ada yang dapat mengelak dari kematian itu, tidak juga harta dan anak-anak. Saya menunduk sangat dalam menyaksikan jasad bapak yang pelan-pelan dimasukan ke dalam kubur, saya yang sangat mencintainya bahkan tak bisa melakukan apa-apa. Saya meringkuk dengan duka di bawah pohon jambu setelah memegang jasad bapak untuk terakhir kalinya, lalu pelan-pelan kubur bapak ditimbuni tanah. Bapak, entah kapan lagi kita akan bertemu, maafkan saya yang belum berbakti. Semoga Bapak senantiasa dalam penjagaan dan lindungan Allah ta'ala. Ya Rabb Engkaulah sebaik-baik pemberi balasan, sungguh, bapak telah melakukan banyak kebaikan untuk kami anak-anaknya. Ampuni ia, jadikanlah kuburnya taman-taman syurga dengan kesejukan yang menentramkan. Aamiin.
Berbaktilah selagi bisa, sempatkanlah setiap saat untuk mengingat-ngingat kebaikan orang tua kita, agar kita semakin berupaya untuk menyempurnakan bakti, saya ingin mengabarkan padamu bahwa perasaan kehilangan ini sangatlah dalam, perasaan ini lahir bukan karena ketidak ridhaan, perasaan ini lebih pada tabiat dasar hati, seorang bapak pada anaknya, seorang anak pada bapak yang dicintainya.
Pict from here
"Kupejamkan mataku maka
kurasakan hadirmu"
Saya tidak tahu harus memulai dari mana,
perasaan ini adalah hal baru untuk saya. Saya ada di sini dengan hati yang belum benar-benar sembuh, sekarang, saya hanya ingin segera menulis tentang
bapak agar nanti jika waktu melipat kenangan yang bergantian
datang, perasaan saya pada bapak tetap begini.
Kepulangan saya dua pekan yang lalu (Ahad 080913)
adalah momen yang begitu kuatir, saya sedikit memaki waktu yang masih saja
tenang-tenang, tidak perduli pada perasaan saya. Setelah melakukan perjalanan
selama kurang lebih empat jam, momen yang tadi begitu kuatir meleleh begitu saja,
waktu yang tadinya diam ditempat seperti tergesa-gesa ingin mengkakhiri
pertemuan saya dan bapak, bapak bangunlah. Saya mendapati rasa takut dalam diri
saya menghebat saat saya melihat bapak terbaring tidak sadarkan diri dan tidak
mengingat saya lagi.
Saya memandangi wajah bapak dengan air mata yang sudah berlinang, malamnya, tiba-tiba saja kondisi bapak memburuk, walaupun
lirih bapak terus saja meminta maaf kepada kami anak-anaknya. Saya terdiam,
perasaan bersalah menghatamku dari segala arah, seketika saya menyadari bahwa
ada banyak waktu-waktu letih yang bapak lewati sedang saya tidak berada
disamping bapak, bahkan saya belum melakukan apa-apa untuk membahagiakannaya.
Bahuku bergetar pelan, bapak, saya belum siap dengan perpisahan ini, sehari
rasanya terlalu singkat. Ya Allah.
Saya menata hati pelan-pelan, kemudian duduk
disamping bapak dan terus-terus mentalqinkan bapak. Bisa dibilang kondisi ini
sangat kritis namun harapan padaNya tak juga putus asa, saya masih berharap
ada keajaiban. Dan tetiba saja keajaiban itu datang, senin malam itu tiba-tiba
saja bapak membuka mata perlahan, bapak menggenggam tanggan saya dengan sangat
lemah, bapak belum mengenali saya.
Saya melewatkan seluruh malam itu disamping
bapak, saya terus-terus memandangi wajah bapak yang mulai dimakan usia, saya
tahu sel kanker dalam tubuh bapak mulai tak bisa dikendalikan. Rasa sakit yang
membuat bapak tak sadarkan diri lagi pastilah rasanya sangat sakit. Selama ini
tak sekalipun saya mendapati bapak lemah dengan penyakitnya, bahkan bapak
sering menyembunyikan sakit ia rasakan. Saat darah mengalir deras dari hidung bapak, bapak masih saja berusaha untuk tenang. Saat sakit itu datang,
bapak akan menggenggam tangan kami anak-anaknya seolah ingin menenangkan. Kesabaran bapak saat tak ada obat yang dapat mengehentikan cegukan yang bapak rasakan, bapak obati pelan-pelan dengan terus-terus mengucapkan la hawla wala quwwata
illa billah.
Saya kembali terkenang pada saat bapak berdo’a sangat dalam di belakang maqam Ibrahim, pada harapan bapak untuk bisa sembuh. Ya Allah sungguh laki-laki ini dengan segala yang ada padanya telah berjuang tak mengenal lelah untuk kami anak-anaknya.
Saya kembali terkenang pada saat bapak berdo’a sangat dalam di belakang maqam Ibrahim, pada harapan bapak untuk bisa sembuh. Ya Allah sungguh laki-laki ini dengan segala yang ada padanya telah berjuang tak mengenal lelah untuk kami anak-anaknya.
Senin pagi (090913), kondisi bapak semakin membaik, bapak
juga sudah mengenali saya. Setelah kakak saya mengganti pakaian yang bapak
kenakan, bapak meminta dibantu duduk. Saya menghaluskan buah untuk bapak,
kemudian menyuapi bapak pelan-pelan, setelah itu saya mengajak bapak untuk
sholat bersama dzuhur nanti. Bapak mengiyakaan. Sudah empat hari ini, lidah
bapak mulai kelu, perkataan bapak sudah tidak jelas lagi. untuk menyapa bapak,
kami harus mengulang sapa karena pendengaran bapak sudah berkurang.
Beberapa waktu kemudian, bapak meminta dibantu berbaring dan bertanya apakah waktu dzuhur telah masuk, saya menjawab pelan dzuhur masih empat jam lagi pak.
Beberapa waktu kemudian, bapak meminta dibantu berbaring dan bertanya apakah waktu dzuhur telah masuk, saya menjawab pelan dzuhur masih empat jam lagi pak.
Sambil menunggu waktu sholat, saya mengajak bapak
ngobrol.
Saya: Bapak, cepat sembuh ya, tahun depan nanti
kita ke tanah suci, umrah lagi.
Bapak: Kapan kita ke sana?
Saya: Tahun depan, insyaallah
Bapak: Masih lama ya
Saya: Bulan dua, Insyaallah
Bapak: Iya (kemudian diam)
Bapak: Sama siapa kita ke sana?
Saya: Sama ibu, kak tata, kak lia, rame-rame kita
kesana pak
Bapak: (diam sambil menutup mata)
Saya: Bapak?
Bapak: Nanti kita nginap di hotel yang dulu saja.
Saya: Iya, insyaallah. Bapak makanya yang kuat,
cepat sembuh. (Bapak seperti mengingat lagi perjalanan umrah
kami yang lalu, bapak pernah bilang ke saya, bahwa beliau ingin ke tanah suci
lagi, kata beliau perjalan umrah beliau yang kemarin kurang terhayati karena
selama di tanah suci bapak kebanyakan terbaring sakit)
Di tengah obrolan, salah seorang ustadz di
kampung yang juga keluarga kami datang menjenguk bapak. Alhamdulillah bapak
masih mengenal beliau, bapak sempat minta dido’kan, bapak juga sempat bertanya
mengenai menjamak sholat untuk orang sakit pada Ustadz.
Sudah sepuluh harian ini, bapak tidak lagi sholat
karena hilang kesadaran. Saya tahu ini bukan keinginan bapak, selama ini saya
tahu bapak sangat menjaga sholatnya, bahkan dalam keadaan cegukan hebat
sekalipun. Sejak sakit yang bapak rasakan menghebat, ada masa-masa dimana sakit bapak hanya bisa diredakan dengan sholat, bapak saat kesakitan akan berjalan
tidak tentu arah, namun saat kami menunjukan sajadah, bapak akan berdiri
atau duduk dengan tenang, setelah itu bapak akan terbaring dan kembali
kesakitan. Hal ini berulang, kami jadikan sajadah sebagai obat untuk bapak,
tinggal tunjukan sajadah, maka otomatis bapak akan bersiap untuk sholat. Bapak
bisa sholat sampai berulang-ulang dalam sehari. Mendapati ini, saya amat
bersyukur, Ya Rabbana, tetapkanlah keimanan bapak hamba.
Saya: Bapak masih ingat tidak makna la ilaha
illallah
Bapak: Apa?
Saya: bapak, salah satu makna la ilaha illallah itu adalah kita yakin bahwa segala
penyakit itu hanya dari Allah, yang menyembukhkan juga hanya Allah.
Bapak:
(hanya menggerakan alis, ini sudah jadi semacam kode untuk kami sejak bapak
mulai susah berbicara)
Saya:
Bapak, kalau kesakitan tinggal bilang la ilaha illallah saja, jadi semacam
kode, saya dan kakak akan segera paham kalau bapak sakit.
Bapak:
(Hanya menggerakan alias)
Waktu
sholat dzuhur datang, kakak laki-laki saya membantu bapak berwudhu, bapak
sholat sambil tiduran di atas kursi, setelah takbiratul ihram, bapak menutup mata
lama, saya tidak berani membangunkan bapak. Sorenya, bapak terbangun, dan
tiba-tiba saja meminta untuk diantar jalan-jalan keluar rumah. Bapak dibopong
ke dalam mobil, perjalanan sore itu rupanya menjadi yang terakhir untuk bapak.
Selasa
malam, bapak terbaring lemah, namun juga tidak bicara apa-apa. Saya duduk
disamping kepala bapak. Saya terus membisikan la ilaha illallah, sesekali saya mengingatkan bapak
untuk mengikuti apa yang saya ucapkan. Lagi-lagi bapak hanya menggerakan alis,
bapak berdzikir lirih. Malam itu saya tertidur sambil memeluk bapak, lewat
tengah malam, saya terbangun dan mendapati bapak belum juga tidur, saya kembali
mengingatkan bapak untuk terus-terus mengucapkan la ilaha illallah, bapak
lagi-lagi mengiyakan. Air mata saya meniti, Ya Rabbana, mudahkan Bapak untuk
terus-terus mengingatmu.
Selasa pagi (100913), keadaan bapak kembali kritis, namun
bapak masih sempat menanyakan apakah kami masih memiliki utang, bapak juga
meminta maaf pada ibu dan kami anak-anaknya. Cairan keluar dari telinga bapak,
beliau juga terlihat sangat kesakitan, Saya masih berusaha untuk tenang namun ketenangan saya tidak bertahan lama setelah saya menyaksikan kakak lelaki saya
menitikan air mata. Kakak saya adalah yang paling tabah diantara kami
bersaudara. Pagi itu, ia seperti luruh pada duka yang telah ia tahan di depan
kami adik-adiknya.
Kakak saya mengatakan pada kami adik-adiknya
untuk membantu bapak berdzikir sambil ia memwudhukan bapak. Saya duduk disamping kepala bapak, saya merasakan nafas bapak perlahan berkurang, gerakan lidah
bapak juga melemah, paman saya mengatakan bahwa bapak sedang mengalami
sakaratul maut, saya masih berharap bahwa yang bapak hadapi hanyalah sakit
biasa, tapi nafas bapak perlahan-lahan berkurang, lidah bapak masih terus mengikuti apa yang saya ucapakan
walaupun sudah sangat lemah. Kaki bapak tiba-tiba terhentak, mulut bapak agak
terbuka, pada momen ini saya benar-benar merasakan saat ruh mulai dari cabut
dari jasad bapak. Bapak sempat membuka mata lalu menatap saya dan ibu,
setelahnya bapak kembali menutup mata, dan itu menjadi yang selamanya. Saya
menatap wajah bapak dengan air mata berlinang. Innalillahi wa inna ilaihi
raji’un.
Ya
Allah, ternyata rasa perpisahan ini sedalam ini.
Saya mengusap wajah bapak kemudian mencium kening bapak pelan-pelan, "Bapak kelak kita akan
bertemu lagi, kebersamaan kita di Dunia ini rasanya terlalu singkat, entah
bagaimana caranya, kelak saya akan mencari bapak. Tentang Keinginan bapak untuk
ke tanah suci insyaallah akan saya penuhi. Ini Janji, Ya Rabanna, Ampuni
kesalahan-kesalahan bapak hamba, Rahmati dan muliakan beliau, Terimalah
amalan-amalan beliau, Balaslah setiap kebaikan beliau dengan balasan terbaik
dari sisi-Mu" Aamiin.
**********
**********
Bapak, waktu bisa melewatkan apa saja dalam
kehidupan ini, tapi tidak tentangmu, selama umur masih ada, engkau akan selalu ada
dalam do’a-do’aku hingga Allah berkenan mempertemukan kita lagi. Jazakallahu khairan bapak.
Bismillah, lewat tulisan ini, saya ingin berterimakasih pada kamu yang sudah ada disaat sendu-sendu seperti kemarin. Ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dalam kehidupan ini namun air mata bisa mewakilkannya. Barangkali ini juga yang dirasakan Rasulullah saat putra beliau Ibrahim meninggal dunia, Rasulullah tak banyak berkata-kata kala itu namun air mata kemudian mewakilkan apa yang beliau rasakan. Air mata yang jatuh bukan karena tidak ridha, bukan itu, air mata itu lebih pada perasaan kasih sayang, juga kehilanggan, entah kapan lagi saya bisa bertemu dengan bapak saya setelah perpisahan kemarin. Kamu jangan kuatir lagi ya, perasaan saya sudah membaik. Alhamdulillah,
janji saya untuk menuntaskan catatan ini juga akan segera lunas.
Saat sampai pada pembahasan ini, saya kembali mendapati bahwa agama kita ini mengaatur segalanya dengan manis, bahkan perasaan yang butuh pengertian mendalam pun mampu dipahaminya. Perasaan kehilangan yang dialami seseorang saat ditinggal meninggal oleh kerabatnya dipahami betul oleh agama kita hingga lahirlah sunnah yang di sebut ta'ziyah. Saya pribadi merasakan manfaat sunnah ini saat bapak saya meninggal, entah apa jadinya jika saudara-saudara seiman tak memberikan nasehat juga kunjungan saat sendu-sendu begitu. Masyaallah.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan : “Ta'ziyah yaitu memotivasi orang yang
tertimpa musibah agar bisa lebih bersabar, dan menghiburnya supaya bisa
melupakannya, meringankan tekanan kesedihan dan himpitan musibah yang
menimpanya”.
Berdasarkan kesepakatan para ulama, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Qudamah, hukumnya adalah sunnah. Hal ini diperkuatkan oleh hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya: Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Barangsiapa yang berta’ziyah kepada orang yang tertimpa musibah, maka baginya pahala seperti pahala yang didapat orang tersebut. (HR Tirmidzi)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berta'ziyah adalah,
Pertama, disunnahkan untuk berta'ziyah kepada keluarga yang ditinggal wafat dengan mengucapkan.
أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
"Sesungguhnya Allah berhak mengambil apapun yang Dia kehendaki, sebagaimana Allah berhak memberikan apapun yang Dia kehendaki. Segala sesuatu di sisi Allah itu memiliki batas dan ketentuan. Hendaknya engkau bersabar dan mengharap pahala kepadaNya" (HR. Bukhari Muslim)
Sebagian ulama mensunnahkan, agar ketika melayat orang muslim yang ditinggal mati oleh orang muslim, membaca :
أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاكَ وَرَحِمَ مَيِّتَكَ
"Semoga Allah melipatkan pahalamu, memberimu pelipur lara yang baik, dan semoga Dia memberikan rahmat kepada si mayit."
Kedua, dibolehkan menangis asal tidak berlebihan, karena Rasulullah pun menangis ketika putra beliau Ibrahim meninggal dunia.
Ketiga, dibolehkan bagi keluarga yang terkena musibah kematian untuk berkabung, yakni dengan meninggalkan perniagaannya, tidak keluar rumah untuk wisata atau yang lainnya, sebagai ungkapan kesedihan, Berkabung hanya dibolehkan selama tiga hari.
Adapun seorang istri wajib berkabung atas kematian suaminya selama masa iddah yakni empat bulan sepuluh hari, apabila ia tidak sedang hamil. Adapun jika ia hamil maka berkabung boleh dilakukan hingga ia melahirkan.
Keempat, diharamkan nadah atau niyaqah atas kematian seseorang. Nadah artinya menyebut-nyebut kebaikan mayat, dengan berkata: "Duhai sepeninggalmu siapa lagi yang akan memberiku makan..siapa lagi yang akan memberiku pakaian" dan seterusnya. Adapun niyaqah adalah tangisan yang disertai rintihan menyeruapai suara burung merpati. Hal ini diharamkan karena menunjukan ketidak relaan seseorang pada takdir Allah.
Kelima, diharamkan pula merobek-robek baju, memukul pipi, mengacak-mgacak rambut dan sebagainya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi, "Bukan termaksud golongan kami orang yang menampar-nampir pipi, merobek-robek baju, dan menyeru dengan suara jahiliyah" (muttafaq 'alaih)
Keenam, disunnahkan mengirimkan makanan untu keluarga jenazah jika mereka disibukkan oleh meninggalkanya salah seorang dari keluarga mereka. Hal ini berdasarkan sabdar Rasulullah ketika Ja'far bin abi thalib meninggal.
Ketujuh, dimakruhkan bagi keluarga mayat membuat makanan bagi pelayat. Hal ini berdasarkan perkataan shahabat "Kami menganggap berkumpul di rumah keluarga mayat dan membuat makanan setelah kematin termaksud ratapan" (HR. Ahmad)
Khusus untuk bagian ini, saya punya sedikit cerita saat bapak saya meninggal, dikampung saya, acara meninggal begitu heboh, bantuan dari keluarga membanjir, mulai dari uang, berkarung-karung beras, berak-rak telur, berdus-dus minuman gelas, berekor-ekor ayam dan kambing bahkan ada sepupu saya yang memberikan sapi dan semua itu habis saat tepat di hari ke tujuh. Saya takjub sekaligus sedih, saya tahu itu tidak sesuai syari'at namun tak bisa melakukan apa-apa. Nah, temanku sayang, inilah manfaat kita mengetahui ilmu ini dari jauh-jauh hari agar kita bisa mendakwahkannya pelan-pelan pada keluarga kita. Akan sangat susah diterima, jika dakwah tentang pengurusan jenazah ini baru kita sampaikan saat jenazah sudah didepan mata..
Pembahasan lengkap tentang Ta'ziyah baca di sini
Alhamdulillah pembahasannya selesai, mohon koreksi ya jika ada yang terluput, minta sarannya juga ,kasih tambahan atau apa saja berkenaan dengan tulisan berangkai ini. Akhir kata, dan cukuplah kematian itu sebagai nasehat. Semoga tidak gelisah lagi, ilmu tentang pengurusan jenazah memang layak membuat kita gelisah jika tak dipahami baik-baik :)
"Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya." (Qs.Al-A'raf:34)
"Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa bapak hamba, berikan rahmatMu kepadanya, selamatkan dirinya, muliakan dirinya dan luaskanlah kuburannya."Aamiin.
"Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa bapak hamba, berikan rahmatMu kepadanya, selamatkan dirinya, muliakan dirinya dan luaskanlah kuburannya."Aamiin.
Salam,
23 September 2013
Bismillah. Ini selasa sore yang tidak biasa, setelah bapak saya meninggal setidaknya saya mendapati diri saya yang dulu penakutnya ampun-ampun jadi sedikit berani. Hari ini tepat satu pekan bapak saya meninggal dunia, tidak terpikir sebelumnya tentang sore ini yang akan seperti ini, saya termangu memandangi kuburan bapak. Entah bagaimana kabar beliau saat ini?
Tadi, saya dihubungi oleh salah seorang teman saya, ia menanyakan kabar. Ditengah obrolan teringatlah salah seorang teman kami yang beberapa bulan lalu ditinggal meninggal oleh bapaknya, mengingat ini, saya terdiam lama, dulu saat menyaksikan ia yang kehilangan, saya sempat berpikir bahwa sayapun dapat bersikap sesedarhana ia yang tidak memerlukan waktu lama untuk mengembalikan tawanya. Setelah mengalami kehilangan serupa, saya harus mengakui bahwa perasaan kehilangan ini belum bisa saya sederhanakan, seorang bapak memiliki kedudukan tersendiri di hati anak-anaknya.
Waktu masih seperti kemarin, mungkin selamanya akan seperti ini, kejadian esok masih menjadi rahasia yang paling rahasia. Tidak bisa diramalkan. Saat membuat tulisan rangkaian pengurusan jenazah, saya tidak bepikir kalau saya akan memakai ilmu ini sedemikian cepat, bahkan sebelum saya menuntaskannya. Sekarang, saya memiliki banyak alasan untuk menuntaskan tulisan ini hingga selesai, salah satunya, saya ingin agar kamu (saya lebih-lebih) yang membaca tulisan ini benar-benar mempelajari pengurusan jenazah dengan sebaik-baiknya, apa-apa saja pelanggaran umum yang dilakukan masyarakat saat pengurusan jenazah, dan sesudah pemakaman, setelah itu, dakwahkan pelan-pelan pada kerabat dekat kita, adalah suatu kebanggan tersendiri untuk orang tua kita saat pengurusan jenazahnya dilakukan dengan baik oleh anak-anaknya. Oh iya satu lagi, ilmu ini grogian, susah dipelajari jika jenazah sudah didepan mata, jangan seperti saya yang terlambat belajar dan tahu-tahu proses belajar belajar belum selesai, ilmu sudah minta diamalkan :)
Berbicara tentang kematian, kematian yang menjadi semacam cerita berulang yang gampang dilupakan padahal selalu saja mengintai dan menjadi gerbang utama alam akhirat, dari sekian banyak hal yang membuat mata saya basah saat menyaksikan proses sakratul maut bapak saya adalah karena saya ada disitu, menyaksikan bagaimana perlahan-lahan nafas itu terhenti, bagaimana tidak berdayanya jasad saat dimasukan ke ke dalam parit sempit bernama kubur. Maka, semakin teranglah kerugian bagi mereka yang lalai dalam hidup yang sementara ini.
Pembahasan terakhir mengenai prosesi penguburan jenazah dicatatan sebelumnya sudah sampai pada point ketigabelas, ini lanjutannya...
Empat belas, setelah jenazah diletakan, maka setiap muslim yang hadir disunnahkan untuk menggenggam tanah dengan tiga genggaman dan ditaburkan ke dalam kuburan. Hal ini berdasarkan perbuatan nabi shallallahu alaihi wa sallam. (HR. Al Baihaqim dihasankan oleh syaikh al albani dalam kitabnya al irwaa' (no.690)
Lima belas, disunnahkan untuk meninggikan kuburan kira-kira sejengkal agar diketahui bahwa itu adalah kuburan sehingga tidak dihinakan seperti diinjak, diduduki dll. Disunnahkan pula menjadikan tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya itu seperti punuk unta karena seperti itulah kuburan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian diletakkan batu-batu kerikil di atas kuburan tersebut sebagaimana yang dilakukan pada kuburan Nabi (HR.Bukhari) Tujuannya agar diketahui bahwa itu adalah kuburan sehingga tidak dihinakan. Kemudian diatasnya diperciki air, kemudian letakan batu di atas kuburan tepat diatas kepala mayat. Tujuannya agar dikenal sebagaimana yang dilakukan Rasulullah pada kubur 'Utsman bin Mazh'un. (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh syikh al Albani dalam ahkaamul Janaa-iz.
Enam belas, do'a setelah jenazah di makamkan,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ.
“Ya Allah, ampunilah dia dan teguhkanlah dia“.
Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika selesai menguburkan mayat dia berdiri dan bersabda: “Mintalah ampunan untuk saudaramu dan mohonkan untuknya keteguhan, karena sekarang dia sedang ditanya.“ ( HR. Abu Dawud)
Tujuh belas, disunnahkan untuk melakukan ziarah kubur untuk mendo'akan dan mengambil pelajaran. Mengenai ziarah kubur, tidak boleh mengkhusukan hari tertentu
untuk berziarah kubur, tidak juga membaca Al Fatihan di kuburan. Adapun
yang dilakukan Rasulullah saat berziarah adalah berdo'a untuk si mayit
dan memintakan ampun baginya. Di larang keras meratapi jenazah, musti sabar :)
Delapan belas, hendaklah seorang muslim berhati-hati terhadap perilaku mengagung-ngagungkan kuburan, dilarang berlebih-lebihan dalam membuat bangunan di atasnya dengan nisan, mencari berkah, dan mengusap-ngusap kuburan karena yang demikian itu membawa pada kemusyrikan.
Sembilan belas, diharamkan menembok kubur artinya meletakan tembok diatas kubur atau mendirikan bangunan diatasnya, atau menulisinya, atau duduk, atau bersandar padanya
Dua puluh, dimakruhkan menguburkan dua mayat atau lebih dalam satu kuburan, kecuali terpaksa, seperti karena banyaknya orang yang meninggal, sedangkan orang yang menguburkannya sedikit, jika terjadi demikian maka hendaklah dibuat pemisah dari tanah antara jenazah yang satu dengan yang lainnya.
Alhamdulillah selesai. Sebagai tambahan sekaligus saran, coba cari referensi mengenai tiga harian, tujuh harian dan hari-hari yang diperingati setelah kematian. Ilmu yang sampai ke saya, hari-hari itu tidak disyari'atkan namun begitu akrab di masyarakat kita. Musti banyak belajar lagi, Wallahu a'lam bishshawwab.
Tetap stay tune ya, masih ada satu topik lagi, jangan lupa kasih masukan atau saran atau tambahan atau apa saja..
Salam,
Catatan dari tanggal 17 kemarin baru selesai hari ini (230913)
Saat membuat tulisan ini, saya terkenang kisah Khalīfah `Utsmān Ibn `Affān Radhiyallahu anhu, dikisahkan bahwa jika beliau berdiri di daerah
kuburan maka beliau menangis hingga basah jenggot beliau. Ada yang
bertanya, “Disebutkan Surga dan Neraka namun Anda tidak menangis, maka
mengapa Anda menangis karena kuburan ini?” `Utsmān menjawab,
“Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallāllāhu `alaihi wa sallam
bersabda,“Sungguh, kubur merupakan tempat
pertama dari akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka yang
berikutnya akan lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat, maka yang
berikutnya akan lebih keras lagi. `Utsmān melanjutkan, “Rasulullah shallāllāhu `alaihi wa sallam juga bersabda,“Tidaklah aku melihat suatu pemandangan pun (di dunia) melainkan
kuburan lebih buruk darinya.” (Riwayat at-Tirmidzi )
Bagian menguburkan jenazah adalah bagian paling ter wow menurut saya, karena jujur saja,
dari semua prosesi pengurusan jenazah, bagian inilah yang paling saya
takutkan, jangankan saya yang dimasukan ke dalam kuburan itu, melihat
orang lain saja, saya sudah tidak sanggup. Sebenarnya, tulisan ini
sungguh terlambat untuk saya, harusnya saya bisa menulis ini dari
setahun atau dua tahun yang lalu, agar setidaknya saya bisa memahami
betul bahwa memang kematian adalah pemutus segala nikmat yang sedang
saya kejar-kejar sekarang ini. Saya mengutuki diri saya sendiri yang
sering lupa, lupa kalau-kalau kematian itu bisa datang kapan saja.
Setelah mengkafani jenazah, selanjutnya dalam pengurusan jenazah adalah mengantarkan dan menguburkan jenazah. Point ini tidak kalah penting dari penjelasan sebelumnya, mengilmuinya adalah sesuatu yang harusnya mesti untuk setiap muslim karena keadaan dilapangan banyak kita jumpai kesalahan, point-point tata cara mengantarkan dan menguburkan jenazah sudah saya ketikan di bawah ini, selamat membaca :)
Pertama, dianjurkan memikul jenazah dari empat sisi di atas pundak.
Kedua, disunnahkan membawa jenazah membawa jenazah dengan segera, tanpa berlebihan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah "Cepatlah kalian ketika membawa jenazah" ( Muttafaq 'alaih)
Ketiga, pengiring jenazah boleh berjalan di depannya, di belakannya, di samping kanannya, atau di samping kirinya.Ketujuh,
Keempat,orang yang mengiringi jenazah dimakruhkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan di tanah.
Kelima, dimakruhkan menguburkan jenazah pada tiga waktu di mana Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut.
Ketiga waktu tersebut ada dalam hadists 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu anhu, ia berkata, " Ada tiga waktu dimana Rasulullah melarang kami menshalatkan dan menguburkan jenazah pada waktu-waktu tersebut : (1) Ketika matahari terbit hingga meninggi (2) ketika matahari tepat diatas kepala hingga tergelincir (3) Ketika matahari mulai turun untuk tenggelam.
Keenam, dibolehkan menguburkan jenazah pada malam atau siang hari, tergantung mana yang mudah, kecuali pada tiga waktu di di larang tadi.
disunnahkan menutupi liang kubur jenazah wanita ketika memasukan ke dalamnya, agar lebih menutup kehormatannya. # Agama kita benar-benar menghormati perempuan..
Kedelapan, Disunnahkan memasukan jenazah ke dalam kubur dari arah posisi kaki jenazah dalam kuburan (posisis jenazah dalam kuburan adalah sedemikian rupa sehingga apabila dibaringkan ke kanan dengan lambung kanan menyentuh tanah, maka jenazah menghadap kiblat). Kemudian jenazah diturunkan perlahan. Jika point kedelapan ini tidak memungkinkan maka jenazah dimasuka dari arah kiblat.
Kesembilan, lahad lebih utama dari syaqq. Dalilnya "Lahad itu bagi kita, sedangkan syaqq untuk selain kita" ( HR. Abu dawud).
Kesepuluh, Lahad artinya liang kubur yang dasarnya dibuat lagi lubang berbentuk lorong sepanjang kuburan dari sisi arah kiblat. Di lorong itulah jenazah diletakan.
Kesebelas, syaqq adalah lubang kubur di dasarnya dibuat lagi lubang berbentuk parit memanjang di tengah kubur.
Disunnahkan untuk menggali kuburan cukup dalam agar aman dari binatang buas dan baunya tidak tercium keluar.
Keduabelas, orang yang meemasukan jenazah ke dalam kubur, di sunnahkan membaca: 'Bismillah wa 'alaa sunnati rasulillah' atau membaca ' Bismillah wa 'alaa millati rasululillah'
Ketigabelas, disunnahkan meletakan jenazah didalam kubur dengan posisi berbaring ke arah kanan, di atas bagian lambung kanan jenazah dan menghadap kiblat.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, 'Ka'bah adalah kiblat kalian baik disaat kalian hidup maupun setelah mati' (HR. Al Baihaqi)
Tidak perlu meletakan bantal dari batu bata atau batu dibawah kepalanya karena hal ini tidak memiliki dasar. Wajahnya pun tidak perlu dibuka, kecuali jenazah dalam keadaan ihram, sebagaimana telah diterangkan. Kemudian lubang lahad itu ditutup dengan batu batu. Lalu dikubur dengan tanah.
Bersambung..
Bagian menguburkan jenazah ini masih ada beberapa point lagi. Insyaallah akan kita lanjutkan setelah saya balik dari kampung. Saya musti ke bandara sekarang, Oh iya, untuk siapa saja yang membaca tulisan ini, saya titip do'a untuk kesembuhan bapak saya. Jazakallahu khairan. Maaf ya kalau ketikannya ada yang salah-salah, lagi buru-buru soalnya :)
Salam,
Sumber: Tata cara mengurus jenazah karya Syaikh Abdullah nin Abdurrahma al Jibrin.
7 September 2013
.